beritaKUH- Kemunculan chatbot berbasis artificial intelligence (AI) sempat menimbulkan kekhawatiran bagi konten kreator. Pasalnya, ChatGPT buatan OpenAI, dan Bard, chatbot berbasis AI yang sedang dikembangkan oleh Google, dapat memberikan jawaban untuk pertanyaan dan permintaan pengguna.
Kekhawatiran konten kreator juga dirasakan oleh blogger yang memonetisasi konten mereka jika trafik sudah tinggi. Dilansir dari The Verge, search engine Bing yang kini berbasis chatbot AI bisa menjawab pertanyaan pengguna tanpa harus menampilkan hasil pencarian yang relevan. Hal yang sama juga akan terjadi pada Google jika mengadaptasi metode yang sama.
Namun menurut Annisa Fauzziyyah, Head of Performance Marketing Niagahoster, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan, karena search engine seperti Google akan tetap memprioritaskan kualitas konten, baik yang ter-generate melalui AI atau content writer. “Google tetap akan mendahulukan konte yang sesuai guideline E-E-A-T, yaitu Experience (Pengalaman), Expertise (Keahlian), Authoritativeness (Otoritatif), dan Trust (Kepercayaan) yang bermanfaat bagi pengguna,” jelasnya.
Terkait chatbot berbasis AI dan search engine, Annisa menambahkan, adalah dua hal yang berbeda namun dapat melengkapi. Search engine menyediakan berbagai jawaban general yang diindeks dari suatu pertanyaan, sedangkan chatbot secara spesifik menyaring jawaban dari berbagai macam data terkait pertanyaan tersebut.
Tidak Akan Dapat Menggantikan Posisi Manusia
Meskipun dapat memberikan jawaban otomatis untuk pertanyaan yang diajukan pengguna, chatbot berbasis AI seperti ChatGPT memiliki keterbatasan jawaban yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan karena sistem AI akan mencari jawaban dari konten-konten general yang ada di internet. Pada akhirnya AI juga masih bergantung pada konten kreator.
“Maraknya chatbot dan tools berbasis AI tidak akan menggantikan posisi manusia/specialist. Di beberapa bagian AI akan membantu mempermudah pekerjaan, namun untuk melihat analisis mendalam dan menentukan strategi tetap membutuhkan keahlian manusia,” kata Annisa.
Annisa mencontohkan dengan chatbot AI buatan OpenAI, ChatGPT, tools tersebut dapat membantu mendapatkan ide untuk konten yang akan dibuat dengan topik tertentu. Namun, penulis atau konten kreator harus tetap memilah dan memprioritaskan mana yang akan ditulis sesuai dengan target audiens dan target pasar yang dituju.
Tools berbasis AI memang capable untuk meng-generate konten blog dan website. Namun tidak akan bisa menyamai konten yang ditulis oleh content writer dan copywriter. Terlebih jika konten dengan tujuan branding yang memiliki ciri khas tertentu.
“Dalam penulisan konten, AI dapat digunakan untuk merekomendasikan outline dan struktur yang harus ditulis, namun pesan tertentu kepada audiens dengan style dan tone suatu brand akan sulit tersampaikan melalui tulisan yang di-generate oleh AI,” paparnya.
Konten SEO Tetap Penting Bagi Bisnis
Dengan kemunculan chatbot berbasis AI dan AI generated search engine, konten SEO tetap akan relevan terutama bagi bisnis yang ingin menjangkau pasar sesuai tujuan. Optimasi SEO bisa lebih fleksibel untuk menjangkau pasar sesuai kebutuhan bisnis.
“Misalnya jika suatu bisnis ingin fokus pasar lokal, bisa menerapkan lokal SEO. Jika ingin menjangkau hingga pasar luar negeri, bisa menerapkan SEO website dengan multibahasa,” kata Annisa.
SEO pun disebut sebagai investasi jangka panjang bagi bisnis maupun blog karena berdasarkan data We Are Social dan Kepios tahun 2022, sebanyak 67,5 persen masyarakat Indonesia mencari tahu mengenai prorduk dan brand secara online sebelum memutuskan untuk melakukan transaksi. Oleh karena itu bisnis harus memanfaatkan konten SEO untuk meningkatkan brand awareness yang akan mengarah pada trafik website organik.
“Semakin banyak website bisnis muncul sesuai dengan keyword yang dicari pengguna di Google, orang akan semakin mengenal brand tersebut dan semakin membangun kepercayaan calon pelanggan secara perlahan,” tutupnya.