beritaKUH- Astra mendukung kegiatan Side Event Think20 (T20) Indonesia yang diselenggarakan oleh Task Force 5 (TF5) T20, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), dan Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI) Oxford University guna membahas isu terkait kemiskinan, ketimpangan, sumber daya manusia, dan kesejahteraan masyarakat, sebagai forum penutup dari seri diskusi yang telah diselenggarakan oleh TF5 yang merupakan bagian dari T20. Acara ini diselenggarakan secara hybrid di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta pada hari ini (27/7).
Dekan FEB UI Teguh Dartanto, Ph.D. (kedua kiri), Ketua TF5 Dr. Asep Suryahadi (kedua kanan), dan Director of OPHI Oxford University Sabina Alkire (kanan), Dr. Putu Geniki Lavinia Natih (kiri)
Mengangkat tema “Multidimensional Poverty in the Midst of the COVID-19 Pandemic: A Commitment to Reducing Poverty in All Its Forms”, kegiatan ini mengelaborasikan pemikiran- pemikiran para ahli dan akademisi untuk mencari solusi atas tantangan isu kemiskinan yang dihadapi oleh negara-negara G20 efek dari pandemi COVID-19.
Dialog puncak dalam kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia Prof. Suahasil Nazara, Rektor Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro, Dekan FEB UI Teguh Dartanto, Ph.D., Ketua TF5 Dr. Asep Suryahadi, dan Director of OPHI Oxford University Sabina Alkire yang membahas tentang kemiskinan multidimensi yang terjadi dalam TF5 serta bagaimana indeks pengukuran kemiskinan multidimensi dapat dielaborasikan ke dalam kebijakan publik.
“Pemerintah berkomitmen untuk terus bekerja dengan fokus pada penanggulangan kemiskinan, khususnya kemiskinan multidimensi setelah pandemi COVID-19. Kami mengerti bahwa masyarakat miskin dan rentan harus dilindungi dari dampak pandemi. Kami telah meningkatkan bantuan perlindungan sosial untuk melindungi kelompok masyarakat miskin dari dampak pandemi, tidak hanya dari aspek rumah tangga tetapi juga dari aspek bisnis (UMKM),” jelas Wakil Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara.
Partisipasi Astra pada kegiatan ini sejalan dengan kontribusi sosial Astra dalam mengentaskan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan sosial. Hingga kini, Astra telah membantu masyarakat untuk bangkit dan sejahtera melalui berbagai kontribusi sosial Astra yang berkelanjutan.
“Melalui kerja sama ini, kami berharap agar dapat menjadi bagian dari solusi atas tantangan kesejahteraan masyarakat yang dihadapi Indonesia. Astra juga akan selalu berupaya untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat Indonesia melalui beragam kegiatan, di antaranya adalah pembinaan kegiatan kewirausahaan berbasis supply chain, kawasan, dan komunitas dengan penekanan pada keberlanjutan untuk mengoptimalkan dampak dan manfaat bagi masyarakat,” tutur Chief of Corporate Affairs Astra Riza Deliansyah.
Sebagai bentuk dukungan Astra terhadap kegiatan T20, anggota Dewan Penasihat Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) Tonny Sumartono yang didampingi oleh Sekretaris Pengurus YDBA Ida R. M. Sigalingging juga menjadi salah satu pembicara yang turut menyampaikan pemikirannya terkait peranan sektor swasta dalam mewujudkan kewirausahaan mandiri masyarakat melalui pembinaan dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) selama pandemi COVID-19.
Secara keseluruhan, hasil diskusi yang ingin dicapai dalam pertemuan ini di antaranya adalah meningkatkan komunikasi lintas negara antara para ahli dan pembuat kebijakan di bidang kemiskinan dan ketimpangan pembangunan pada negara-negara G-20 serta mendorong upaya berkembangnya keterkaitan antara riset akademik dan kebijakan publik.
Dengan mengelaborasikan pemikiran para ahli dan akademisi untuk mencari solusi atas tantangan isu kemiskinan yang dihadapi oleh negara-negara G20 akibat pandemi COVID-19, forum ini akan menghasilkan rekomendasi kebijakan berbasis riset yang kuat, independen, dan inklusif untuk menjadi pertimbangan para pemimpin G20 dalam bentuk T20 Communique.
Rekomendasi Task Force 5 (Inequality, Human Capital, and Well-Being) T20
Memiliki tujuan untuk menjembatani kolaborasi riset antarnegara yang difokuskan pada pembahasan kemiskinan multidimensi, TF5 menghasilkan beberapa rekomendasi melalui kegiatan ini. Pertama, ukuran kemiskinan konsumsi dapat diperkaya dengan ukuran kemiskinan multidimensi untuk memonitor pencapaian Indonesia, khususnya tujuan pertama Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu mengakhiri kemiskinan di manapun dan dalam semua bentuk. Kedua, ukuran multidimensi ini diharapkan dapat menjadi alat ukur pencapaian pembangunan Indonesia dan alat untuk membentuk fakta empiris (evidence-based policies) dalam pengentasan kemiskinan.
TF5 berharap agar hasil rumusan dari acara ini dapat berkontribusi terhadap perkembangan kebijakan penanggulangan kemiskinan pada negara-negara G20.