beritaKUH- Gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat berkekuatan magnitude 5,6 pada Senin (21/11) pukul 13.21 WIB mengakibatkan 103 orang meninggal. Banyak diantaranya adalah anak-anak yang saat kejadian sedang berada di sekolah, madrasah, dan pesantren.
Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) sebagai organisasi yang berfokus pada pemenuhan hak anak, segera menerjunkan tim tanggap darurat di hari Selasa (22/11) untuk menyalurkan bantuan awal sekaligus kaji cepat untuk memahami kebutuhan anak dalam situasi bencana.
“Pertama-tama, Plan Indonesia mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada warga terdampak bencana gempa bumi yang berpusat di Cianjur ini, khususnya korban anak-anak. Sebagai lembaga yang berfokus kepada pemenuhan hak-hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan, kami turut bergerak untuk membantu warga terdampak bencana dengan menurunkan tim dan menyalurkan bantuan,” ujar Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Plan Indonesia.
Adapun bantuan cepat yang disalurkan antara lain, paket hygine kit untuk anak laki-laki, paket kebersihan dan kesehatan menstruasi untuk anak perempuan, serta makanan dan air mineral untuk anak dan keluarga terdampak.
“Setelah mendapatkan data lebih akurat dari tim lapangan yang melakukan kaji cepat, kami akan dapat memetakan kebutuhan anak-anak lebih lanjut, baik anak perempuan maupun anak laki-laki, dalam situasi bencana seperti ini,” lanjut Dini, “Kami akan mengidentifikasi dampak bencana dan kebutuhan mereka secara spesifik termasuk terhadap layanan pengasuhan untuk anak yang kehilangan pengasuh, layanan psikososial, hunian sementara yang ramah anak, pendidikan sementara selama pengungsian, layanan perlindungan anak dari kekerasan di situasi bencana, serta layanan mendasar lainnya seperti kebutuhan air bersih dan peralatan kebersihan diri,” kata Dini.
Menurut data terakhir BNPB, Selasa (22/11), hingga pukul 12.00, selain mengakibatkan kematian, masih ada 25 orang yang dilaporkan hilang, 362 orang luka ringan hingga berat, 3.137 rumah rusak ringan, sedang, dan berat, serta 7.060 orang mengungsi.
Untuk meningkatkan bantuan bagi tanggap darurat, Plan Indonesia juga membuka pintu donasi bagi masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan untuk korban anak dan keluarga yang terdampak bencana gempa bumi di Cianjur. Donasi tersebut dapat disalurkan melalui Bank Mandiri dengan no rekening 124-00-1288999-5, atas nama Plan International Indonesia.
Selain melalui rekening tersebut, Plan Indonesia juga berkolaborasi dengan komunitas Gelang Harapan atau HOPE yang diinisiasi oleh figur publik Wulan Guritno, Amanda Soekasah, dan Janna Soekasah Joesoef, untuk melakukan penggalangan bantuan melalui halaman crowdfunding yang nantinya akan disalurkan kepada masyarakat terdampak.
Pentingnya kesiapsiagaan bencana untuk anak
Dalam kesempatan tersebut, Dini juga menyampaikan keprihatinannya dengan besarnya jumlah korban usia anak-anak dalam bencana gempa bumi Cianjur. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak, agar lebih memperkuat implementasi program kesiapsiagaan bencana untuk anak.
Lebih jauh, dia menjelaskan, sebagian besar wilayah Indonesia rawan terjadi bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, kebakaran hutan, gunung meletus, dan lain sebagainya. Sedangkan, kejadian bencana dapat terjadi sewaktu-waktu. Jika peristiwa terjadi pada pagi, siang, dan sore, anak-anak menjadi pihak paling rentan terdampak, termasuk kelompok difabel dan perempuan. Hal ini seperti terjadi dalam bencana gempa bumi di Cianjur, Senin lalu.
“Di area rawan bencana, seperti di Cianjur, pada jam 13.00, terutama di perdesaan, umumnya anak-anak sedang terkonsentrasi di sekolah-sekolah, madrasah, dan pesantren. Sedangkan, manula, difabel, dan perempuan, sedang berada rumah. Sementara, laki-laki di ladang, sawah, atau bekerja di luar ruang atau bangunan. Oleh karena itu, anak-anak, bersama difabel, manula, dan perempuan, menjadi lebih rawan terdampak,” kata Dini.
Untuk itu, lanjut dia, Plan Indonesia mendesak program-program tentang kesiapsiagaan bencana melalui sekolah, lembaga-lembaga masyarakat, seperti karang taruna, makin diperkuat implementasinya oleh pemerintah, terutama di daerah yg teridentifikasi rawan bencana, seperti di Cianjur. Selain itu penting dipastikan bahwa sekolah dan bangunan di daerah-daerah ini pun tahan bencana. Program urban nexus dan sekolah tangguh bencana, yang selama ini sudah banyak diinisiasi oleh berbagai lembaga sosial kemasyarakatan, termasuk Plan Indonesia, dapat menjadi prioritas di daerah rawan bencana dan direplikasi serta diperkuat pelaksanaannya oleh pemerintah.